TERMINOLOGI
HATI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM*
2. Konsep Hati Menurut Islam
Sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia dalam sebaik-baik bentuk.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa
kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh
keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman
Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ
سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ
أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5، 6]
“Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa
pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan.
Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى
صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang
kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan
amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya
amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan
generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan
bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan
bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung
kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula,
sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan
berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut
dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ،
أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam
tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan
apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar
biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk
diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini
menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu
menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam
Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ
لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada
dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas
pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari
keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
3.
Makna Dan Pengertian Hati
Kata-kata hati dalam bahasa arab
dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash
Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua
sebab;
Pertama: karena ia menunjukkan pusat
(jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi)
karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia
adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
Kedua: karena sifatnya
berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا
مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي
“الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat
berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena
bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al
Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa
yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam
firma-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا
تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat
dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam
dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ
وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang
buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
- Pebedaan antara hati dan otak.
Otak dalam bahasa arab disebut
dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan
bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal
tempatnya di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1],
Al baghawi dalam kitab tafsirnya[2],
Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3]
dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].
Mereka para ulama tersebut berpegang
kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ
لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan
di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا}
(الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak
mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid
beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting
diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah:
Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional
(Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam
kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam
hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah
tempat jantung.
Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul
pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian
titik tersebut semakin berkembang”.
- Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita
memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al
Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama
yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari.
Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul
Qalb.
=Bersambung insya Allah=
Artikel www.Dzikra.com
*:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar