Rabu, 22 Januari 2014

pengertian hati menurut dua sudut pandang


TERMINOLOGI HATI DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM*

2. Konsep Hati Menurut Islam
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ [التين/4]
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Namun perlu kita ketahui bahwa kerupawanan seseorang akan membawa kepada kehinaan bila tidak disertai oleh keindahan hati yang dihiasi oleh iman dan amal sholeh.
Sebagaimana lanjutan dari firman Allah di atas:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (5) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ [التين/5، 6]
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang sehina-hinanya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pokok kemulian bukanlah pada rupa, serta tidak pula pada harta dan jabatan. Akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan seseorang.
Sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«إِنَّ اللّه تَعَالَى لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ» رواه مسلم.
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.
Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.
Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut dalam sabdanya:
«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.
Hati adalah ciptaan Allah yang luar biasa, dimana hati menyimpan berjuta-juta rahasia yang tidak mungkin untuk diketahui manusia kecuali segelitir saja dari rahasia-rahasia tersebut. Ini menunjukkan betapa luasnya ilmu dan kekuasaan Allah. Maka oleh sebab itu menyuruh kita agar merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah pada diri kita.
Sebagaimana Allah perintahkan dalam Al Qur’an:
وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ [الذاريات/20، 21]
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Semoga melalui apa yang kita bahas pada kesempatan kali ini dapat sebagai mediator untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Disaat kita mencoba mengenal sekelumit dari keluarbiasaan kekuasaan Allah dalam diri kita.
3. Makna Dan Pengertian Hati
Kata-kata hati dalam bahasa arab dinamai dengan beberapa nama, diantaranya: Al Qalbu, Al Fuadu, dan Ash Shadru.
Dinamakan dengan Al Qalbu dengan dua sebab;
Pertama: karena ia menunjukkan pusat (jantung) sesuatu, sebagaimana kota makkah disebut Qalbul Ardhi (pusat bumi) karena letaknya di tengah-tengah bumi. Sebagaimana hati dalam tubuh manusia adalah pusat kembali segala aktifitas tubuh.
Kedua: karena sifatnya berbolak-balik.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
«لَقَلْبُ ابْنِ آدَمَ أَشَدُّ انْقِلَابًا مِنَ القِدْرِ إِذَا اجْتَمَعَتْ غَلْياً» رواه أحمد (6/4)، وصححه الألباني فِي “الصحيحة” (1772).
“Sungguh hati anak Adam lebih cepat berbolak-balik dari periuk yang sedang sangat mendidih”.
Dan dinamakan Al Fuadu, karena bermacam-macamnya pikiran, keyakinan dan perasaan yang tersimpam dalamnya.
Sebagaimana Allah sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya“.
Maka hati akan ditanya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang diyakininya.
Dan dinamakan Ash Shadru (dada).
Sebagaimana Allah sebutkan dalam firma-Nya:
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر/19]
“Dia mengetahui mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”.
Karena tempat hati terletak dalam dada, sebagaimana firman Allah:
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ [الحج/46]
“Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
  • Pebedaan antara hati dan otak.
Otak dalam bahasa arab disebut dengan Ad Dimaahg dan Al Mukh.
Menurut sebagian ahli kesehatan bahwa akal tempatnya di otak, akan tetapi menurut para ulama Islam akal tempatnya di hati. Dianatara para ulama tersebut seperti Al Qurtubi[1], Al baghawi dalam kitab tafsirnya[2], Ibnu Taimiyah dalam kitab majmu’ fatawa[3] dan Ibnu Katsir dalam tafsirnya[4].
Mereka para ulama tersebut berpegang kepada firman Allah:
{أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِى الارْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَآ} (الحج : 46)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memikirkan”.
Dan firman Allah:
{لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا} (الأعراف : 179)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak mereka pergunakan untuk memikirkan (ayat-ayat Allah)“.
Syeikh Islam ibnu Taimiyah dan murid beliau Ibnul Qoyyim menjelaskan hubungan antara dua unsur yang terpenting diatas, yaitu hubungan anatara hati dan otak.
Berkata syeikh Islam Ibnu Taimiyah: Sumber pikiran dan pandangan berasal dari otak sedangan sumber emosional (Irodah) adalah berasal dari hati.
Berkata Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya “At Tibyaan fi Aqsaamil Qur’an“: Mani bila telah berumur enam hari apabila ia membeku timbul di tengah-tengahnya suatu titik maka itulah tempat jantung. Kemudian muncul satu titik pula diatasnya maka itu adalah otak. Lalu muncul pula satu titik di arah kanannya maka itulah hati (al kabid). Kemudian titik tersebut semakin berkembang”.
  • Perbedaan antara hati dan jantung.
Sering dalam bahasa sehari-hari kita memahami bahwa hati adalah bagian tubuh yang disebut dalam bahasa arabnya Al Kibdah. Pada hal dalam Al Qur’an dan sunnah serta penjelasan para ulama yang disebut hati adalah yang disebut jantung dalam bahasa kita sehari-hari. Maka oleh sebab itu penyakit serangan jantung dalam bahasa Arab disebut saktatul Qalb.
=Bersambung insya Allah=

*:

perjalanan isra' mi'raj



Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW- Sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk memperingati, mengenang, dan mengagungkan suatu peristiwa yang teramat bersejarah sepanjang peradaban kehidupan manusia yaitu peristiwa di Isra' Mi'rajkannya junjungan kita baginda Muhammad SAW. Apa itu Isra' Mi'raj ? Apa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut ? Hikmah apa yang terkandung dalam Isra' Mi'raj ? Untuk itu pada kesempatan kali Kumpulan Sejarah akan mengupas tuntas mengenai hal tersebut.





Pengertian Isra' Mi'raj                    
Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu. Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.




Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW sedih.

Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka‟bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS. 

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail: “Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS. 

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya. Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya‟ yang menaiki buroq ini. 

Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. (Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”. 

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun. Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina‟, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”. Di Baitul-Lahmi inipun Beliau turun dan melakukan solat, kemudian perjalan diteruskan dan tidak lama sampailah ke Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis ternyata telah berkumpul para Nabi terdahulu, menantikan kedatangan Beliau. Di Baitul Maqdis bersolat berjama'ah dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat. 

Seterusnya dalam perjalanan, Beliau menyaksikan dengan sekelompok manusia yang bercocok tanam dan seketika dapat di tuai (dipetik) hasilnya. Nabi pun merasa hairan lalu bertanya kepada Jibril?....Jibril menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan yang suka menginfaqkan harta bendanya untuk menegakkan kalimah Allah, mensyi'arkan keagungan Allah dan beramal solih. 

Kemudian dalam perjalanan seterusnya Beliau mencium bau yang sangat menyusuk hidung, Beliau bertanya Jibril?.... Jibril menjawab: Ini adalah bau Masyithah (Tukang gunting di istana Fir'aun) sekeluarga yang merelakan diri mereka di ceburkan ke dalam belanga yang berisi timah mendidih oleh Fir'aun lantaran keteguhan Iman mereka kepada Allah dan tidak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan.

Selanjutnya dalam perjalanan itu Beliau melihat segulongan manusia yang memukul-mukul kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepalanya utuh kembali, lalu dihancurkan semula, demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu bertanya kepada Jibril?.. Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan umat tuan yang suka melengah-lengah (mengulur-ulur) waktu solat, sampai akhirnya habis waktu yang di tentukan.

Selanjutnya dalam perjalanan Beliau melihat orang-orang yang memakan kayu berduri serta batu panas yang membara dari neraka Jahannam. Lalu Beliaupun bertanya Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya. Jelas mereka termasuk orang yang menganiaya diri sendiri.

Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w melihat segolongan manusia yang masing-masingnya menghadapi dua buah mangkok, mangkok yang satu berisi daging yang sudah dimasak dan yang satunya lagi berisi daging mentah. Akan tetapi anehnya mereka lebih suka memakan daging yang mentah. Bertanya Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah gambaran diantara umat yang senang berbuat zina. Mereka sebenarnya telah mempunyai isteri yang sah, akan tetapi mereka senang melepaskan nafsu syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah pula yang perempuan melacurkan dirinya.

Selanjutnya dalam perjalanan Nabi s.a.w menyaksikan pula ada kayu yang berduri melintang di tengah jalan. Sesiapa yang melaluinya pasti akan ditarik dan dikaitnya sehingga pakaian akan koyak. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?...Dijawab oleh Jibril: Itulah suatu perumpamaan dari golongan umat yang suka membuat kekacauan dan suka duduk-duduk ditepi jalan, sehingga menggangu orang-orang yang melewati jalan itu.

Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan orang-orang yang berenang dalam sungai darah, lalu mereka di lempari dengan batu, akan tetapi kemudian batu-batu itu mereka makan. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Dijawab oleh Jibril: Mereka perumpamaan segolongan manusia yang suka memakan riba dan duit haram.

Tidak lama kemudian Nabi s.a.w menyaksikan seorang lelaki yang memikul beban (kayu), tetapi tidak kuat berjalan, anehnya beban itu semakin bertambah dan begitulah seterusnya sehingga orang itu kepayahan dan terseksa. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Jawab Jibril: Dialah gambaran orang yang suka menerima amanat orang lain tetapi tidak mau menunaikan (menyampaikannya) kepada yang berhak.

Selanjutnya dalam perjalanan itu Nabi menyaksikan orang-orang yang memotong lidah dan bibirnya dengan gunting besi, seketika itu utuh kembali, namun segera pula di gunting lagi, begitulah seterusnya, sehingga mereka merasa penderitaan yang amat berat. Nabi s.a.w. bertanya kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan dari golongan manusia yang suka memberi nasihat kepada orang lain untuk membuat baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan kebaikan seperti yang di nasihatkan kepada orang lain.

Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan manusia yang tengah mencakar-cakar wajahnya dan dadanya dengan kukunya sendiri yang telah berubah menjadi kuku tembaga. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril? Jawab Jibril: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang suka menceritakan keaibpan (keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan orang lain, dengan membesar-besarkannya kepada orang lain.

Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan sekelompok manusia yang mempunyai bibir seperti unta, lalu disuapkan bara kedalam mulutnya. Ini adalah contoh bagi mereka yang memakan harta anak yatim dengan jalan salah.
Selanjutnya Nabi s.a.w menyaksikan saekor lembu besar keluar dari lubang yang sangat sempit lalu ia berusaha untuk memasukinya kembali tetapi tidak berjaya. Itu adalah contoh bagi mereka yang bercakap besar dan dusta, lalu ia ingin menarik kembali percakapannya itu tetapi tidak berpeluang lagi.

Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung buah dadanya sambil mereka menjerit-jerit meminta pertolongan. Ini adalah gambaran wanita yang menyusukan anak mereka hasil dari berzina dengan lelaki yang bukan suaminya.

Menyaksikan sekelompok wanita yang di gantung rambutnya diatas api neraka sehingga mendidih otak di kepalanya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka tidak mahu menutup aurat di kepala dari di pandang lelaki yang bukan mahramnya.

Menyaksikan sekelompok wanita yang digantung lidahnya diatas api neraka lalu dituangkan air panas ke dalam mulutnya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka selalu menyakiti hati suaminya dan bercakap dengan suara yang kasar serta tinggi.

Itulah sebahagian riwayat-riwayat yang sering kita temui dalam kitab-kitab kisah Isra' Mi'raj yang meskipun oleh para Ilmu Agama dikatakan bersumber dari keterangan yang lemah, namun yang jelas isinya merupakan peringatan untuk kita berhati-hati di dalam kehidupan dunia. 

Selanjutnya Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari syurga. tangga Mi'raj itu di perbuat daripada emas dan perak berlapis mutiara. Melalui tangga inilah dengan berkendaraan Buraq Nabi SAW, bersama Malaikat Jibril lalu naik ke langit pertama yaitu langit dunia.

Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Nabi Muhammad s.a.w. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau telah diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril segera masuk ke langit pertama.
DI LANGIT PERTAMA
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, bapak seluruh umat manusia. Ketika Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan. Pertemuan Nabi Muhammad s.a.w dengan Nabi Adam a.s, di langit pertama ini sebenarnya merupakan suatu i'tibar, apabila kita berniat akan memulakan perkerjaan atau perjalanan, hendaklah terlebih dahulu kita datang kepada orang tua, yakni ayah dan ibu untuk memohon do'a restu keduanya agar perkerjaan dan perjalanan itu memperolehi kejayaan serta mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah Nabi s.a.w bersama Jibril kelangit kedua.

DI LANGIT KEDUA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kedua, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kedua Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya a.s. Kedua orang Nabi ini kemudian memberikan do'a restunya untuk keselamatan Nabi Muhammad s.a.w. Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke tiga.

DI LANGIT KETIGA
Sebagaimana di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan langit ketiga. Setelah selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah pintunya di sertai penghormatan oleh penjaga langit itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di langit yang ketiga, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Yusuf a.s, yaitu seorang hamba Allah yang memperolehi kurnia kecantikan paras wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad s.a.w, dengan Nabi Yusuf a.s, di langit yang ketiga ini tidak ubahnya seperti pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke empat.

DI LANGIT KEEMPAT
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah memperolehi kurnia tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak ubahnya seperti pertemuan dua orang saudara yang telah lama berpisah. Perjalananpun di teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus naik ke langit yang ke lima.

DI LANGIT KELIMA
Dengan iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kelima, masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kelima, Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh penghormatan. Pertemuan inipun tidak ubah seperti pertemuan dua orang saudara, penuh mesra dan saling hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke enam.

DI LANGIT KEENAM
Di langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s. Disini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi Musa a.s menangis tersedu-sedu. Apabila di tanyakan kepada Beliau..Beliaupun menjawab: Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi yang di utus Allah sesudahku, ummatnya akan lebih banyak yang masuk syurga dari ummatku. Kemudian perjalanan di teruskan ke langit ketujuh.

Hadis Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah menceritakan tentang perjalanan Israknya. Baginda bersabda: Nabi Musa a.s berkulit sawa matang dan tinggi seperti seorang lelaki dari Kabilah Syanu'ah. Manakala Nabi Isa a.s pula berbadan gempal, tingginya sederhana. Selain dari itu baginda juga menceritakan tentang Malik penjaga Neraka Jahanam dan Dajjal 

DI LANGIT KE TUJUH
Di sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu Nabi Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut dengan baik, penuh penghormatan seperti menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim a.s sempat memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Wahai Muhammad, aku nasehatkan agar engkau menyuruh umatmu untuk memperbanyak tanaman surga. Nabi SAW bertanya: Apakah yang tuan maksud dengan tanaman surga itu?. Jawab Nabi Ibrahima a.s. Tanaman surga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WALAA ILAAHA ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.

Perlu di ketahui bahawasanya Baitul Ma'mur adalah masjid para Malaikat yang setiap harinya tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya dan apabila telah keluar, tidaklah mereka mengulanginya lagi.

Tidak lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing berisi arak, air susu dan madu, supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah yang lebih disukainya. Beliaupun memilih air susu, lalu di minumnya. Berkatalah Jibril: Benarlah engkau ya Muhammad. Itulah lambang kesucian engkau. Demikian malaikat Jibril mengatakan.

DI SIDRATIL MUNTAHA
Di Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan keindahan panorama yang tiada bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun apa lagi di dunia ini. Dalam satu kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad s.a.w sempat melihat, rupa Malaikat Jibril yang asli. Di sebut dalam satu hadis yang di riwayat Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya Nabi Muhammad s.a.w di ajak oleh Malaikat Jibril menyaksikan keindahan bengawan Al-Kautsar, sampai ke depan pintu gerbang surga kemudian Beliau masuk ke surga, di dalam surga Beliau menyaksikan hal-hal yang mengherankan, yang belum pernah Beliau saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah Beliau mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika wujud. Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam surga, bahkan Beliau sempat membaca tulisan yang terpampang di pintu surga sebagai berikut, yang artinya:

SEDEKAH MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah Nabi s.a.w kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang memberi hutang lebih besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril menjawab: Benar, sebab orang yang di beri sedekah terkadang masih mempunyai persediaan hidup, sedangkan orang yang berhutang sudah barang tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak mempunyai persediaan, sedangkan ia tidak sudi berbuat meminta-minta. Untuk kesempurnaan pengetahuan Nabi s.a.w, diajak melihat keadaan melihat neraka, di sisi Beliau meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah menyaksikan keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi s.a.w meneruskan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat Jibril, lantaran Jibril merasa berat untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena penulis, yaitu kalam yang menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.

Seterusnya Nabi Muhammad s.a.w diangkat naik setingkat lagi sampai ke 'Arasy disinilah Nabi s.a.w menerima perintah solat yang wajib di laksanakan oleh Nabi s.a.w dan segenap ummatnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Dan akhirnya hanya tinggal lima waktu sehari malam setelah dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan diperkenankan oleh Allah.

Juga di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w, menerima beberapa khushushiyyah yang belum pernah diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai beberapa khushushiyyah, yang disebut antara lain sebagi berikut:

Nabi s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari ayat AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA 'ALAL-QAUMIL KAAFIRIINA.

Allah berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang bermaksud: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 285 & 286. Yang bermaksud: Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membedakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali". Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir".

Nabi s.a.w menerima Ilmu tentang:

1. Islam   
2. Hijrah
3. Jihad
4. Sedekah
5. Puasa Rammadhan
6. Amal Ma'ruf
7. Nahyi Mungkar
8. Solat

Nabi Muhammad s.a.w memperolehi darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di sebutkan bersamaan dengan nama Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU, MUHAMMADUR-RASUULULLAAH ) di dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya.

Nabi Muhammad s.a.w juga menerima gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL AWWALIINA WAL AKHIRIINA .
Setelah Nabi Muhammad s.a.w melakukan tugas perjalanan Isra' dan Mi'raj, dengan membawa perintah solat lima waktu sehari semalam, maka Beliau turun sampai ke Masjidil Haram di Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum subuh. Keesokan harinya Beliau menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj yang dialaminya semalam kepada Abu Jahal dan segenap kaumnya. Kaum Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi s.a.w ini, kerana menjadikan bukti yang jelas, akan kedustaan dan kepalsuan seruan Nabi Muhammad s.a.w. Cerita ini yang menurut mereka amat berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat menjauhkan orang dari Nabi Muhammad s.a.w. dan orang yang masih ragu-ragu akan segera meninggalkan Nabi s.a.w dan tidak akan memikirkan lagi untuk mengikui dan menerima agamanya. Dugaan kaum Quraisy meleset, hal ini ternyata, utusan yang dikirim kaum Quraisy kepada Abu Bakar As-Shiddiq menyampaikan pertanyaan: Abu Bakar, dapatkah engkau mempercayai dan membenarkan Muhammad yang mengatakan ia baru saja pergi ke Baitul Maqdis dan dari sana ia terus naik ke langgit yg ke tujuh, lalu pada malam itu juga ia kembali ke Mekah? Pertanyaan ini dijawab oleh Abu Bakar dengan tegas. Kalau memang Beliau menyatakan demikian, benarlah ia dan pun percaya. 

Utusan Quraisy mengulangi pertanyaan: Apakah engkau membenarkan hai Abu Bakar?. Dengan tegas Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan dan aku yakin dan percaya. Dengan jawaban Abu bakar yang demikian mereka kecewa dan memfitnah Nabi Muhammad s.a.w dan menuduhnya sebagai seorang pendusta, gila dan lain sebagainya. Dengan demikian kita dapat memgambil kesempulan, bahwa sejak dahulu hingga sekarang kaum muslimin telah yakin dan percaya serta beriman terhadap peristiwa Isra' dan Mi'raj. Sebagai penutup marilah kita berdo'a semoga Allah s.w.t selalu berkati, melindungi kita dan mudah-mudahan kita senantiasa di bawah naungan keridhaan Nya. 

Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Perintah sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat beragama (Islam).

Bersandar pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.

Selain itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut kita teladani?

Bagaimana dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara gamblang dalam buku ini.

Dalam pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh”.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat. Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai bagian dari bacaan shalat.

Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993) mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman. Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan Rasulullah SAW ini.

Pertama, adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam. Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Mengacu pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju Allah.

Ia menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah.
Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.

Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.

Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:

“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.

Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.

Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.

Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.

Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.

Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.

(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.

Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.

Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.

Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”

Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.

Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.

Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.

Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.

Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.

Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.

Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.

Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.

Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.

Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.

Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.

Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.

Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.

Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.

Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.

Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:

“Siapakah ini?”

Jibril menjawab: “Aku Jibril.”

Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab: “Muhammad saw.”

Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”

Jibril menjawab: “Benar”.

Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:

“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.

Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.

Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:

“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.

Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.

Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:

“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.

Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.

Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.

Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.

Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.

Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.

Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.

Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.

Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.

Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.

Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.

Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.

Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.

Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.

Dalam riwayat lain beliau berkata:

“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.

Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.

Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.

Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.

Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.

Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.

Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”

“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.

“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.

Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.

Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.

Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:

” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:

“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”

Aku menjawab: “50 sholat”,

Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,

Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:

“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.

Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:

“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.

Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:

“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,

Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.

Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.

Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.

Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.

Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
.
Popular Posts
Setelah sekian lama tertikaian tejadi antara kaum muslimin dengan kafir quraisy dan menyebabkan pecahnya peperangan dengan tidak sedikit ko...
Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah. Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Mu...

Silsilah lebih dikenal dengan garis keturunan. dengan mengetahui silsilah maka kita akan mengetahui siapa pendahulu kita. Berikut silsilah ...
Kita tentu pernah tahu atau paling tidak mendengar tentang Abu Bakar, salah seorang Sahabat dari Rasulullah SAW. Bagaimana kah biografi da...
Seperti yang sudah diketahui Abu Bakar As-Siddiq diangkat sebagai khalifah pertama sebagai pemimpin umat islam setelah Nabi yang mulia wafat...